Yogya Istimewa. Seistimewa kulinernya, mulai dari yang murah meriah ala Angkringan Tobat Jogja atau mahal ala Resto atau Kafe-kafe ternama.
Angkringan di Yogya seperti identik dengan kota dan penduduknya. Nyaris tiap sudut Kota Yogyakarta, ada penjual angkringan. Dari yang berupa gerobak dorong, atau angkringan modern dengan tempat yang permanen. Seperti Angkringan Tobat yang saya kunjungi beberapa waktu lalu.
Angkringan Tobat: Berdiri Sejak Mendapat Hidayah
Yogya tercipta dari Pulang, Rindu dan Angkringan – Unknown
Angkringan Tobat ini terletak di Jalan Sukoharjo RT 01 RW 08, Sanggrahan, Condongcatur, Depok Sleman. Di daerah utara Yogyakarta. Kalau Sahabat Blogger tahu Terminal Condongcatur, nah angkringan ini tidak terlalu jauh dari Terminal Concat. Kira-kira 800 meter ke arah utara.
Banyak tempat makan di daerah Condongcatur, terutama di Jalan Sukoharjo dan Rajawali ini. Namun, angkringan satu ini menarik perhatian karena plank namanya, tertulis: Angkringan Tobat; Berdiri Sejak Mendapat Hidayah.
Penasaran dengan taglinenya? Baca di bawah ya. Saya mau cerita dulu tentang menu makanan di angkringan modern ini.
Menu Andalan Angkringan Tobat
Sejak tinggal di Yogyakarta, saya itu penasaran dengan masakan yang namanya Mangut. Beberapa kali saya lihat foto-foto Mangut yang bertebaran di sosial media seperti Instagram dan Facebook, dengan caption yang mengungkapkan kenikmatan makanan tersebut.
Penasaran pengen coba, tapi sayang mangut itu bahan utamanya lele, ikan yang sekali saja saya coba makanan, dan tidak mau lagi. Ada dua ikan yang menurut orang enak banget, tapi tidak enak buat saya. Ikan Lele dan Bandeng, itu ikan yang dibuat apa pun, baru menciumnya saja, perut saya sudah berontak, mual, tidak bisa makan. Pengalaman makan bandeng dan lele yang bikin trauma membuat saya kapok.
Nah, yang membedakan Angkringan Tobat ini dari angkringan lainnya ya menu andalannya Mangut Pesisir. Mangut Ikan Pari Asap dan Layang, yang merupakan ikan khas daerah pesisir.
Menurut Mas Fandi, Co Founder Angkringan Tobat ini, pemilihan ikan pesisir, pari dan layang sebagai bahan utama Mangut, biar tidak sama dengan tempat makan lain yang mengandalkan mangut.
“Kalau di daerah Pantura dan pesisir, bahan utama mangut adalah ikan manyung, pari asap dan layang. Baru di Yogya, mangut itu berbahan ikan lele. Tapi, tidak semua orang kan suka lele,” jelas pria berpostur tinggi kurus itu.
Yap sepakat! Kasihanilah kami yang senang makan tapi nggak doyan lele. Masa seumur-umur nggak nyobain makan Mangut.
Akhirnya, rasa penasaran saya akan Mangut terpenuhi sudah.
Kesimpulan setelah merasakan mangut? Gulai Ikan rasa Jawa, hahahahaha.
Mangut Pesisir
Cocok sih buat saya yang berdarah Batak ini. Yang namanya makanan gulai, khas bangetlah buat orang Sumatera. Makanya, makan Mangut Pesisir Angkringan Tobat ini, serasa memenuhi kerinduan makan gulai masakan almarhumah Mama.
Ciri utama dari mangut adalah rasa pedas dan kepala ikannya. Mangut sebenarnya bukan makanan khas Yogyakarta. Mangut berasal dari daerah Pati, Semarang, Kendal, Pantura Jawa Tengah. Kalau di Yogya dan Solo, lebih banyak mangut lele.
Mangut Pari Angkringan Tobat ini, buat saya rasa pedas dan rempah-rempahnya pas. Cobain deh saat pas makan siang datang ke angkringan ini.
Soto Glugu
Selain Mangut Pesisir, menu lainnya di Angkringan Tobat adalah Soto Glugu. Soto daging sapi dengan mangkok yang terbuat dari pohon glugu (pohon kelapa). Berbeda dengan bathok ya. Kalau bathok, merupakan kulit buat kelapanya, sedangkan glugu adalah pohonnya.
Kemarin nggak sempat makan banyak Soto Glugu ini, karena udah keburu kekenyangan makan mangut pesisir. Tapi sempat nyicipin kuahnya dan rasanya lumayan, bisa jadi pilihan buat yang nggak suka makan soto ayam.
Sego Tobat
Oh ya, makanan andalan lainnya adalah Sego Tobat, yaitu nasi kucing (yang merupakan ciri khas angkringan) dengan tingkat kepedasan yang rasanya pengen bertobat!
Buat saya sih, ada lagi yang paling enak di Angkringan Tobat ini. Sate telur dadarnya juara! Saya sampai habis 3 tusuk. Sayang nggak sempat tanya ke Mas Fandi apa resep sate telur dadarnya, kok bisa enak sih.
Kalau untuk minuman, mulai dari minum panas sampai minum dingin ada. Mulai dari wedangan seperti wedang secang atau wedang jahe, sampai kopi berbagai jenis, ada juga di Angkringan Tobat ini. Oh ya, ada juga kopi hijau lho. Ini kopi khusus untuk yang lagi diet. Kopi hijau ini sengaja dipesan khusus dari Bali.
Dan buat para pecinta Sarsaparila, yuk yuk datang ke Angkringan Tobat, karena di sini tersedia minuman raja-raja Yogyakarta pada masanya. Yoi, Sarsaparilla atau Saparella ini adalah limun yang dihasilkan dari tanaman sarsaparilla dan konon, bagi masyarakat Yogyakarta, ini adalah minuman para raja.
Sejarah Angkringan
Seperti yang sudah saya tulis di atas, Kota Yogyakarta itu identik dengan angkringan. Salah satu angkringan di Jogja adalah Angkringan Tobat.
Dulu, saat pertama kali ke Yogyakarta bareng orangtua sekitar tahun 90-an, yang saya tahu angkringan adalah gerobak dorong yang menjual makanan dan minuman khas tradisioanal Jawa. Makanan yang paling terkenal dari angkringan adalah nasi atau sego kucing. Saya pikir itu nasi buat kucing, ternyata nasi bungkus yang nasinya nggak terlalu banyak (segenggam sepertinya) dengan lauk pauk sekedarnya. Sedikit banget, malahan. Sedangkan minuman yang terkenal adalah wedangan dan sekarang ini kopi joss!
Angkringan makin terkenal dengan semakin tenarnya Yogyakarta sebagai daerah wisata untuk turis lokal maupun mancanegara. Apalagi harga makanannya sangat sangat terjangkau. Ibaratnya, beli minuman di resto seharga makan kenyang di angkringan.
Tanpa meninggalkan identitas angkringan itu, Mas Fandi dan teman-teman mendirikan Angkringan Tobat.
Bedanya apa dengan angkringan Yogya umumnya?
“Yang membedakan Angkringan Tobat dengan angkringan tradisional, adalah tempatnya,” jelas Mas Fandi.
Angkringan Tobat, menurut Mas Fandi, memilih konsep rumah makan dengan tempat yang luas dan sejuk. Pemilihan konsep ini, karena ingin Angkringan Tobat tidak hanya dinikmati oleh anak-anak muda, mahasiswa, orang-orang kantor, tetapi juga bisa dinikmati oleh keluarga.
“Kadang kan ada orangtua yang ingin ngajak makan anak-anaknya di angkringan, atau ibu-ibu yang ingin ngangkring, tapi kan malu kalau ngangkring di gerobak. Dengan angkringan seperti Angkringan Tobat ini, siapa pun bisa datang dan makan di sini,” paparnya.
Nah, buat kita-kita yang perempuan nih, yang pengen kumpul-kumpul atau sekedar ngobrol, bisa datang ke Angkringan yang dibuka sejak 2 Oktober 2015. Dan, dua bulan lalu, tepatnya bulan Februari 2017, dari Senin sampai Sabtu buka pukul 10 pagi. Sedangkan hari Minggu buka pukul 16.00 WIB.
Kenapa dinamakan Tobat?
Kata Mas Fandi, sejak mendapat hidayah saat beribadah (sholat), lalu terbersitlah ide untuk mendirikan angkringan.
Untuk memuaskan pelanggannya, Angkringan Tobat memberikan fasilitas seperti WiFi gratis dengan koneksi 20 Mbps. keren kan?!
Buat yang suka dengan wifi gratisan, silakan lho datang ke sini. Beli makanannya dan nikmati sepuasnya koneksi internet, apalagi kalau datangnya di awal buka, sendirian asyik masyuk berselancar di dunia maya.
Untuk mushola dan toilet bersih, sudah pasti ada. Nggak perlu khawatir terlambat buat sholat fardhu bagi pelanggan yang beragama Islam. Masjid juga dekat lho. Masjid Baiturrahman. Kalau Jumat’an, tinggal menyeberang saja dari Angkringan Tobat.
Angkringan ini memang luas tempatnya. Parkir motor dan parkir mobil juga ada. Karena luas itu, kalau misalnya ada yang mau mengadakan pertemuan, arisan, kopdar dengan teman atau meeting dengan kolega, bisa dilakukan di tempat makan ini.
Sahabat Blogger tinggal di Yogyakarta atau sedang berlibur di Kota Pelajar ini? Coba deh datang ke Angkringan Tobat ini, dijamin bakal pengen balik lagi buat menikmati makanan dan minumannya serta pelayanan yang ramah dari pemilik dan pegawai angkringan ini.
wah ini salah satu angkringan paling unik yang pernah saya dengar. jogja memang gudangnya angkringan 🙂
Angkringan Tobat yang nggak bikin tobat yaa.. 🙂 Unik!
Kita samaaaa mba :D. Ga suka lele dan bandeng.. Kalo lele krn aku jijik ama ikannya yg terkenal suka di lumpur :p .. Kalo bandeng males durinya… Nah kalo mangutnya dr ikan pari, bisa dipastikan aku bkl sukaaaa :D. Di sibolga ikan pari mah banyak dijadiin gulai ato dibakar. Dan mama srg bikin tuh.. Di jkt susah aku nyari ikan pari, dab kalo ada mahaal..
Sotonya aku penasaran ih.. Kayaknya kalo ke jogja nanti hrs bgt ya dtg k ankringan ini.. Di solo banyak model angkringan modern gini.. Tp aku blm prnh liat ada yg nyediain mangut 🙂
hahah… konsep angkringan yang menarik jadi pengen k jogja lagi
mantap nie idenya, bikin orang yang membaca terbrendwos dengan kata-katanya..
jogja emang penuh kreasi dan inofasi
Jogja banget dah kota seribu kenangan bagi say, apalgi angkringannya tersebar banyak di setiap sudut angkringan tobat ini memang paling beda dari nama aja udah islami banget
Dekat dari tempat saya, Mba. Saya di ploso Kuning, pernah nyoba sekali soto glugunya, uenak tenan. Sudah lama blm kesana lagi, sekarang masih menimba ilmu di Magetan, jadi kangen Jogja, nih.
Ikan Mangutnya kayaknya enak, mbak.
Aku penasaran sama ikan mangutnya
wkwwkwkwkwk unik banget namanya. bener2 bikin tobat kali ya kalo abis mampir dari angkringa nini 😀 hehehe
Kakak saya, Ika Puspita, kalau bikin mangut iwak pe (ikan pari asap), lezzat banget Mak..hehe..
By the way, mangkok glugunya cakep banget ituuu.. Jadi pengen punya juga. #gagalfokus
heheheh wong Yogya ada ada aja ….sungguh kreatifitas bangett
Jogja ngangenin banget.
Wah deket rumah kak, mampir icip.mangutnya ah. Terima kasih info kulinernya.
Aduh..aku mbaca tulisan mb injul jadi laper. Penasaran sama soto glugunya. Blm pernah nyoba..kapan2 ah. Di Jogja juga.
wahh jadi tempat wajib para pecinta angkringan ini…
KEREEENNN !!! HAHA
wahaha
baru baca judulnya aja udah bikin ngakak, idenya jaaan manteb tenan..
Nama angkringannya sangat menarik…. Jadi penasaran… hehe….
critanya memotivasi sekali,, sejak mendapat hidayah beribadah, secara bersamaan terbersitlah ide usaha angkringan. mungkin ini jalan yang diberikan Allah padanya
wah, jadi pengen segera jalan-jalan ke Jogjaaa…
Mangut pari sedeppp, tapi awas perut panas haha
belum pernah makan mangut…..
sering baca resep mangut doang, tapi prakteknya belum pernah ha.. ha.. pemalas
konsepnya resto tapi angkringan, bisa aja ya idenya..
catat deh